Dinny melewati sungai saat bertugas di dusun dusun pedalaman Uzuzozo ( Dokumentasi: Dinny )
Pukul dua pagi di tengah sunyi menyelimuti gelapnya malam, Bidan Dinny harus bergegas memenuhi panggilan telepon dari seorang pria. Istri pria itu Rofina Elizabeth mengalami kontraksi hebat. Tidak ada puskesmas terdekat, apalagi rumah sakit. Dan hanya ada satu bidan desa. Dusun Ndetuwaru berada di ujung desa Uzuzozo NTT, tersembunyi di balik sungai. Hanya ada jembatan usang, jalan setapak dan terjal. Butuh waktu hampir dua jam untuk membawanya ke puskesmas, sementara si ibu harus segera ditangani. Dinny bergegas membawa Rofina ke rumah sakit menggunakan mobil pick up dari pemerintah desa. Akses menuju dusun yang tidak mudah dan penuh liku membuat Rofina terpaksa harus dibopong menggunakan tandu dan melewati sungai. Masih setengah perjalanan menuju rumah sakit ketuban Rofina pecah. Hingga pada akhirnya dia harus melahirkan di tepi sungai, dibantu bidan Dinny. Hanya beralaskan terpal dan bantuan penerangan dari handphone. Beruntung ibu dan bayi selamat, tanpa bantuan fasilitas kesehatan yang layak.
Ada kisah lain dari Susilia Muku masih dari desa Uzuzozo. Sudah enam kali melahirkan hanya dengan bantuan dukun beranak. Ia melahirkan anak ke tujuh di puskesmas dengan menggunakan fasilitas kesehatan. Dan keputusan Susilia melahirkan dengan bantuan medis bukan tanpa alasan. Tentunya berkat bantuan bidan Dinny yang memberikan edukasi tentang pentingnya melahirkan menggunakan fasilitas kesehatan. Edukasi yang Dinny lakukan saban hari, dari pintu ke pintu tanpa menggerutu. Bahkan kini Susilia jauh merasa aman karena proses persalinan dilakukan oleh tenaga profesional, bukan dukun beranak.
Dinny menyeberangi jembatan yang tampak sudah mulai rusak menuju dusun dusun di balik sungai ( Dokumentasi Dinny )
Dinny: Bidan Pertama Di Tengah Sunyi Pedalaman Uzuzozo
Bidan Dinny melakukan pengecekan kesehatan warga dari rumah ke rumah ( Dokumentasi Dinny )
Kisah kisah di atas bukanlah cerita fiktif yang sering dipertontonkan di layar kaca untuk mendapat perhatian penonton. Melainkan kisah nyata, benar adanya. Mungkin sebagian besar orang bertanya, apakah masih ada wilayah di Indonesia yang belum tersentuh layanan kesehatan di era serba digital dan canggih saat ini? Jawabannya, jelas masih ada. Padahal bukankah seharusnya dalam satu desa minimal ada satu atau dua tenaga kesehatan? Bagaimana rakyat sejahtera jika layanan kesehatan tidak bisa dijamin negara. Theresia Dwi Audina Sari Putri akrab disapa Dinny, Bidan pertama di desa Uzuzozo Kecamatan Nangapanda, Ende, NTT. Pastinya sudah bisa dibayangkan bagaimana layanan kesehatan di desa terpencil dan tertinggal ini sebelum kehadiran Dinny. Terbengkalai dan nyaris tidak ada fasilitas dan tenaga kesehatan seperti, bidan, perawat, dokter, puskesmas dan rumah sakit.
Siapa sangka seorang gadis muda, baru lulus sekolah kebidanan berani mengambil langkah penuh resiko. Mengabdi sepenuh hati di sebuah desa terpencil. Jauh dari jangkauan gemerlapnya kota. Signal dan internet saja tidak ada. Dinny lulus dari Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya tahun 2016. Ia Memutuskan bekerja di desa paling ujung Nangapanda, Ende, NTT sejak tahun 2017. “ Awalnya saya ditawari kepala desa untuk menjadi tenaga kesehatan pertama di Uzuzozo. Karena ada himbauan dari kabupaten kota untuk memberdayakan tenaga honorer non PNS untuk bisa berkarya. Waktu itu tidak ada tenaga kesehatan yang mau ditempatkan di pedalaman jadi saya yang ditawari,” ungkap Dinny. “ Bahkan kepala desa menyakinkan saya agar mau bekerja sebagai bidan pertama di Uzuzozo dengan memberikan anjing sebagai uang muka di awal,” sambung Dinny.
Uzozzo Desa Terpencil di Balik Sungai Dengan Layanan Kesehatan yang Terbengkalai
Penampakan akses di pedalaman Uzuzozo tampak jembatan yang benar-benar sudah usang ( Dokumentasi Dinny )
Sebagian besar dusun di desa Uzozzo berada di balik sungai. Dikelilingi gunung dan lembah. Sehingga bisa dipastikan akses menuju dusun dusun yang ada di desa Uzozzo sangat susah dijangkau. Saat Dinny pertama kali menginjakan kaki di Uzozzo kondisi layanan kesehatannya sungguh memprihatinkan. Dan banyak hal yang harus dibenahi. “Pada saat saya datang pertama kali kesana, tidak ada tenaga kesehatan. Jadi saya gak punya data sama sekali tentang berapa ibu hamil, bersalin hingga anak balita. Dan kondisi saat itu memang tidak terperhatikan kesehatannya. Lalu saya turun ke desa, langsung melakukan pendataan,” ujar Dinny.
Dinny kerap harus parkir motor di seberang jika sungai meluap ( Dokumentasi Dinny )
Setelah melakukan pendataan secara mandiri Dinny langsung bergerak cepat. Dia memilah mana layanan kesehatan yang harus diprioritaskan. Aksi pertama yang ia lakukan adalah pemeriksaan ibu hamil secara rutin, yang selama ini tidak pernah memeriksakan kehamilan dengan menggunakan fasilitas kesehatan. Melakukan edukasi kepada ibu ibu agar persalinan tidak dilakukan di rumah rumah. Melakukan imunisasi untuk pencegahan stunting, dan posyandu berjalan. Karena Dinny satu-satunya tenaga kesehatan di Uzozzo, dia tidak hanya menangani kesehatan ibu dan anak. Namun mulai dari remaja hingga lansia. “ Kalau ada yang butuh carinya saya. Padahal saya cuma diploma 3 kebidanan, tapi saya harus belajar semuanya. Karena kepepet harus belajar lebih keras. Dokter gak ada, dokter kan di puskesmas ada di kecamatan. Jauh dari fasilitas kesehatan,” cerita Dinny. Ada satu cerita pilu saat Dinny membawa seorang ibu hamil ke puskesmas untuk pemeriksaan menggunakan USG. Ibu ibu hamil di Uzozzo tidak pernah tahu dengan teknologi pemeriksaan seperti USG, karena mereka selama ini melakukan proses persalinan dibantu dukun beranak. Si ibu bahagia sampai menangis haru saat pertama kali melihat hasil USG.
Untuk menuju rumah warga yang berada di balik sungai bukanlah perkara mudah. Lima dusan terpecah pecah dengan jarak antar rumah yang jauh. Dinny harus berjuang menyeberangi sungai. Bahkan jika kondisi alam tidak memungkinkan seperti hujan, sungai akan meluap. “ Saya parkir motor di seberang sungai. Lalu jalan kaki menyeberangi sungai membutuhkan waktu 30-40 menit,” ujar Dinny. Setiap hari Dinny berkeliling dusun , dari rumah ke rumah.
Semangat Tetap Menyala Walau Sempat Ditolak Warga
Dinny merangkul dan melakukan pendekatan sosial agar diterima warga ( Dokumentasi Dinny )
Mengabdi di Uzozzo bidan Dinny tidak hanya menghadapi tantangan berupa fasilitas kesehatan dan akses menuju dusun. Namun juga masalah dengan masyarakat. Awal kehadirannya sempat mendapat penolakan dari warga. Masyarakat Uzozzo memiliki kebudayaan dan keyakinan yang sudah berakar. Misalnya anak gadis sebagian besar sudah menikah dibawah 20 tahun. Dan Dinny sempat diremehkan warga karena belum menikah padahal usianya sudah lebih 20 tahun. Bukan hanya itu, para mama dukun desa juga sempat merasa terganggu dengan kehadiran Dinny. Mama dukun merasa sumber mata pencahariannya direnggut. Karena sejak Dinny menjadi bidan di Uzozzo para ibu hamil melahirkan dengan bantuan medis. Dinny tidak kehabisan akal, dia melakukan berbagai pendekatan dengan warga tanpa ada yang tersakiti. Justru sekarang ia bekerjasama dengan mama dukun. Mama dukun bisa membantu menjaga anak-anak, dan jika ada yang mau urut bisa dia bantu. Tapi harus melalui pantauan bidan Dinny. “ Saya tetap memperbolehkan mama dukun untuk urut anak-anak, tapi saya harus menegaskan mana yang bisa diurut dan tidak bisa. Misalnya untuk bagian perut saya selalu bilang tidak bisa diurut,” ujar Dinny. “ Dan seiring dengan berjalannya waktu justru mama dukun sekarang apa apa nanya ke saya,”sambung Dinny.
Bahkan Dinny juga rela menjadi tenaga pengajar di sekolah agar bisa masuk ke lingkungan sosial warga ( Dokumentasi Dinny )
Bukan hanya itu, awal kehadiran bidan Dinny banyak ibu ibu menolak anak mereka suntik imunisasi. Karena mereka takut anak-anak demam. Dan mereka punya kepercayaan sehabis suntik imunisasi, jarum harus ditancap di pohon pisang agar anak tidak demam. “ Setelah saya suntik anaknya jarum saya tancap di pohon pisang, sesuai dengan kepercayaan mereka. Saya menyatukan teori yang saya miliki dengan kepercayaan yang mereka punya sebelumnya, tanpa saling menyakiti. Selagi itu tidak menyalahi aturan medis,” ungkap Dinny. Ia tetap berusaha melakukan pendekatan personal dan sosial dan tidak selalu membawa profesinya sebagai bidan agar tetap bisa diterima warga. Karena bagaiamana ia bisa menjalankan programnya jika tidak diterima warga. Dia ikut kegiatan gereja, bahkan sampai mengajar anak-anak di sekolah. Dinny mencari berbagai celah untuk bisa berbaur dan melakukan pendekatan sosial dengan masyarakat. Dia melakukan penyuluhan dari rumah ke rumah, mengarungi lembah dan sungai. “ Saya melebur, mau dijadikan tenaga pengajar, lingkungan sosialnya saya masuk, saya melakukan berbagai pendekatan agar saya bisa diterima,” jelas Dinny. Kini ia menjadi bidan andalan dan kebanggan warga Uzozzo yang siap melayani 24 jam, hingga tengah malam sekalipun.
Digaji Enam Bulan Sekali Dari Dana Desa
Dinny rutin melakukan imunisasi polio dari dusun ke dusun ( Dokumentasi Dinny )
Dana desa baru cair sekali enam bulan bahkan satu tahun sekali, dan saya harus meminta uang dari orang tua untuk biaya hidup. Karena gaji saya sepenuhnya dari dana desa. Bahkan saya harus ngutang dulu ke koperasi untuk makanan tambahan posyandu anak-anak
Menjadi bidan Di Uzozzo sejak tahun 2017 Dinny bekerja dalam naungan kepala desa. Itu artinya untuk gaji selama ia bekerja seratus persen dari alokasi dana desa. Dimana dana desa tersebut cair enam bulan sekali bahkan satu tahun sekali. Bisa dipastikan Dinny tidak pernah mendapatkan gaji bulanan layaknya para pekerja pada umumnya. Ia menerima gaji dua kali bahkan sekali setahun. Untuk biaya hidup terkadang Dinny masih mengandalkan dana dari orang tua. Sementara untuk program makanan tambahan bagi balita maupun anak-anak, ia harus ngutang terlebih dahulu ke koperasi atau toko. Dan akan dibayarkan jika dana desa sudah cair.
Perjuangan Dinny yang penuh dedikasi melibatkan banyak pengorbanan. Walaupun dihadang berbagai tantangan ia tetap bertahan, dan mengabdi sepenuh hati . Ia memang tidak mendapatkan upah yang layak, tapi bagi Dini apa yang ia lakukan bisa berdampak bagi warga Uzozzo. Memberikan secercah perubahan dan harapan di tengah keterbatasan layanan kesehatan.
Upaya Bidan Dinny Menanggulangi Masalah Kesehatan Ibu Hamil Dan Stunting di Uzozzo
Dinny rutin melakukan imunisasi polio dari dusun ke dusun ( Dokumentasi Dinny )
Beranjak dari data ditemukan banyak fakta yang menunjukan bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah layanan kesehatan yang kompleks . Salah satu contohnya adalah data tentang stunting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), menunjukan data bahwa prevalensi balita stunting nasional adalah sebesar 30,8 persen pada tahun 2018. Ini merupakan kenyataan yang memprihatinkan. Artinya hampir sepertiga dari jumlah balita Indonesia mengalami masalah gizi yang mengakibatkan tinggi badan balita yang lebih rendah dari kelompok seusianya.
Salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam menyediakan layanan kesehatan yang merata adalah, akses, fasilitas dan tenaga kesehatan yang masih belum memadai. Dan masalah ini menyebar hampir di seluruh wilayah pedalaman. Pemicunya sudah sangat jelas karena Indonesia negara kepulauan dengan populasi yang besar. Pada tahun 2020 berdasarkan data dari kemenkes anggaran kesehatan sebesar Rp119,9 triliun dikucurkan dari APBN. Angka tersebut naik menjadi Rp124,4 triliun pada 2021, bertambah lagi menjadi Rp134,8 triliun pada 2022. Dan Rp172,5 triliun pada 2023. Namun sangat disayangkan kenaikan anggaran kesehatan tidak berbanding lurus dengan kualitas pelayanan kesehatan di seluruh negeri. Salah satu contoh nyata yang bisa dijadikan sampel adalah desa Uzozzo di pedalaman NTT. Sebelum kehadiran bidan Dini, nyaris masyarakat Uzozzo tidak tersentuh layanan kesehatan. Tidak ada fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Tidak ada satupun tenaga kesehatan. Ibu ibu melahirkan di dukun beranak, pengobatan hanya dilakukan secara tradisional. Anak-anak tidak pernah mendapatkan imunisasi , posyandu maupun makanan pendamping. Hal ini mengakibatkan wabah gizi buruk merebak yang memicu stunting bagi balita.
Dinny memberikan penyuluhan KB ke rumah rumah warga untuk menjaga jarak kelahiran anak ( Dokumentasi Dinny )
Kisah Bidan Dinny bisa dijadikan sebagai alternatif untuk memberikan perubahan layanan kesehatan di seluruh pedalaman nusantara. Dibutuhkan ribuan Dinny untuk membawa secerca harapan ditengah keterbatasan. Lihatlah apa yang dilakukan satu bidan untuk ratusan warga Uzozzo. Berbagai program Dinny lakukan sebatas ia mampu untuk memberikan layanan kesehatan yang layak dan manusiawi.
Menginjakan kaki pertama kali di desa Uzozzo Dinny langsung bekerja. Ia melakukan edukasi dari dusun ke dusun melewati lembah, sungai dan jalan setapak yang terjal. Ia melakukan edukasi penanganan gizi anak-anak untuk mencegah stunting. Memberikan informasi kepada ibu ibu betapa pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan pada saat melahirkan. Sehingga mereka tidak menggunakan jasa mama dukun yang penuh resiko. Bukan hanya itu, Dini juga melakukan imunisasi dan posyandu berjalan. Menyisir dusun dusun terpencil di balik sungai. Memberikan vitamin hingga makanan tambahan untuk balita dan anak-anak. “ Sejak bekerja disini dari tahun 2017 saya melakukan berbagai program pencegahan stunting. Pencegahan saya lakukan dengan cara pemeriksaan ibu hamil menggunakan fasilitas medis. Melakukan imunisasi hingga posyandu berjalan secara rutin. Dan untuk persalinan saya dampingi,”ungkap Dinny.
Dinny juga berkunjung ke rumah-rumah untuk melakukan pengecekan tensi dan kesehatan warga ( Dokumentasi Dinny )
Bidan Dinny juga berkunjung ke rumah-rumah untuk melakukan pengecekan tensi dan kesehatan. Ia blusukan hampir setiap hari. Memberikan penyuluhan kepada orang tua perihal KB untuk menjaga jarak kelahiran anak. Mayoritas masyarakat Uzouzo memiliki banyak anak. Dimana anak-anak tersebut sangat berpotensi mengalami stunting maupun gizi buruk. Karena sebagian besar masyarakat Uzouzo berada dalam kondisi ekonomi yang sangat berkekurangan.
Bukan hanya itu, Dinny juga memberikan edukasi tentang jambanisasi terhadap warga. Karena pertama kali ia datang ke dusun dusun Uzozzo hanya 15 kepala keluarga yang memiliki jamban, dari total 240 kepala keluarga. Ia secara konsisten memberikan penyuluhan kepada warga tentang betapa pentingnya memiliki jamban untuk kesehatan.
Pengabdian Membawa Perubahan
Dinny memberikan edukasi tentang kesehatan dengan menempelkan selebaran di rumah warga ( Dokumentasi Dinny )
Dinny masih ingat betul bagaimana keadaan layanan kesehatan di desa Uzozzo saat pertama kali ia menginjakan kaki. Para ibu hamil lebih nyaman dan percaya melahirkan di dukun beranak. Tidak sedikit ibu ibu yang melahirkan di dukun beranak merasakan sakit yang luar biasa karena penanganan tidak melibatkan fasilitas kesehatan. Bahkan Dinny mendapatkan penolakan dari warga ketika ia mencoba menerapkan program posyandu dan imunisasi untuk anak-anak dan balita. Kini lebih dari enam tahun Dinny mengabdi di Uzozzo perubahan demi perubahan nyata terjadi. Enam tahun lalu layanan kesehatan Uzozzo mungkin hanya sekitar 5 persen. Namun setelah kehadiran bidan Dinny sudah banyak perubahan. “ Untuk saat ini saya bisa jamin perubahan layanan kesehatan di Uzozzo 85-90 persen. Masyarakat sebagian besar sudah mulai paham tentang kesehatan, sudah ada layanan kesehatan masyarakat yang mereka butuhkan. Dan memang pelayanan yang saya lakukan dari rumah ke rumah. Jadi semuanya pasti terjangkau”,ujar Dinny. Bahkan saat ini hampir 80 persen masyarakat Uzozzo sudah mendapatkan layanan kesehatan.
Di tengah jalan sekalipun Dinny tetap melakukan edukasi tentang kesehatan kepada ibu ibu di Uzozzo ( Dokumentasi Dinny )
Perubahan berikutnya adalah perihal ibu hamil. Sejak kehadiran Dini ibu hamil melahirkan dengan menggunakan fasilitas kesehatan. Dan tidak ada satupun kasus kematian ibu saat melahirkan. Pemeriksaan kandungan dilakukan rutin di puskesmas. Bahkan saat ini desa Uzozzo sudah memiliki alat-alat kesehatan. Dan sebagian besar orang tua sudah paham tentang pola asuh yang baik dan nutrisi yang sehat untuk anak mereka. Tentu saja perubahan ini berkat edukasi yang rutin dilakukan bidan Dini dari dusun ke dusun. Stunting sebagai permasalahan kesehatan anak-anak yang kerap terjadi di Uzozzo kini banyak mengalami perubahan. Dari 15 orang anak yang mengalami stunting di Uzozzo tahun 2019, saat ini tinggal 3 orang anak.
Setitik Asa dari Astra
Dinny menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 bidang kesehatan ( Dokumentasi Dinny )
Puji Tuhan dengan adanya penghargaan dari Astra memberikan privilege bagi saya. Membuat saya percaya diri ternyata mengabdi di daerah yang sebelumnya tidak mengenal penghargaan penghargaan besar seperti ini malah terekspos. Senang sekali rasanya karena diperhatikan berbagai pihak. Akhirnya lintas lintas terkait masuk juga ke daerah yang selama ini tidak terjamah layanan kesehatannya. Dan sejak meraih penghargaan dari Astra, saya mendapatkan kesempatan menjadi narasumber di berbagai acara. Sehingga saya punya ruang untuk menyampaikan keresahan yang selama ini saya alami terkait perhatian tenaga kesehatan khususnya di daerah terpencil
Tahun 2003 menjadi sebuah perjalanan hidup yang tidak pernah dilupakan seorang bidan Dinny. Ia mendapatkan penghargaan dari Astra bertajuk APRESIASI SATU INDONESIA AWARDS di bidang kesehatan. Penghargaan ini tentunya menjadi dorongan kuat bagi Dinnyuntuk terus melanjutkan perjuangannya. Dan ketika ada seribu orang yang mengetahui kisahnya, paling tidak seperempatnya bertindak untuk melakukan hal yang sama. Dan tentunya melalui penghargaan dari Astra semakin banyak yang mengetahui perjuangannya. “ Puji Tuhan dana yang diberikan Astra bisa membantu untuk membelikan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat Uzozzo. Dimana Sarana dan Prasarana kesehatan sangat kekurangan disana,” ungkap Dinny saat diwawancara melalui sambungan Whatsapp. Apresiasi dan dukungan dari Astra menjadi secerca harapan untuk Dini. Melanjutkan dedikasinya dengan menjangkau masyarakat lebih luas. Bahkan saat ini karena terinspirasi dari kisah Dini sudah semakin banyak anak daerah Nusa Tenggara yang mau mengabdi di pedalaman.“ Sekarang banyak anak daerah yang mau kembali ke daerahnya. Dulu mereka hanya mau bekerja di kota. Dan ketika mereka mengetahui kisah saya, anak-anak daerah kembali ke kampung untuk mengabdi,” jelas Dinny.
Dokumentasi Dinny
Berbagai Agenda dan rencana Dinny sudah di depan mata. Untuk saat ini ia akan melanjutkan pendidikan S2, karena bagi Dini semakin banyak ilmu yang ia dapatkan, semakin besar kesempatannya untuk membantu lebih banyak orang. Dini yakin bahwa dengan pendidikan dan jabatan tinggi, kesempatan maupun wewenang bisa dimanfaatkan untuk membantu wilayah yang lebih luas. Dia bisa menjangkau ratusan bahkan ribuan desa di pedalaman, dari ranah kecamatan hingga kabupaten. “Saya ingin melakukannya di tempat yang lebih besar, makanya saya melanjutkan pendidikan. Berangkat dari anak kampung yang kembali lagi ke kampung. Dengan ilmu yang saya miliki bisa membantu orang lebih banyak,” tukas Dinny mengakhiri wawancara.
Dedikasi dan pengabdian bidan Dini merupakan bukti nyata, jika segala sesuatu dilakukan dengan hati yang tulus Tuhan akan memberikan banyak jalan untuk membantu orang. Satu tangan Dini kini bisa menyelamatkan ratusan nyawa di ujung sepi pedalaman Uzozzo.
Thomas Malau
Refrensi:
1. Wawancara dengan Dinny melalui whatsapp
2. Live Instagram @Jurnalisme.id
3. Instagram @nunangedinny
4. https://www.kemkes.go.id/
5. Podcast Radio Idola Semarang
Blog Competition Achievement
1. JUARA 1: LOMBA BLOG REVIEW IDN APP 2020
2. JUARA FAVORIT: LOMBA BLOG KORINDO 2020
3. JUARA 1: LOMBA BLOG PERPUSTAKAAN UNSYIAH BANDA ACEH 2020
4. JUARA 1: LOMBA BLOG INDONETWORK 2021
5. JUARA FAVORIT : LOMBA BLOG EKRUT 2021
6. TOP 15 : LOMBA BLOG HALOFUDI 2021
7. JUARA HARAPAN 10 : LOMBA BLOG GURU INOVATIF 2021
8. JUARA 2 LOMBA BLOG NASIONAL TOKO DISTRIBUTOR 2021
9. JUARA 2 LOMBA BLOG NASIONAL KREDIT PINTAR 2021
10. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG ICAN EDUCATION CONSULTANT 2021
11. JUARA 1 LOMBA BLOG REVIEW FILM, BACATERUS.COM 2021
12. JUARA UMUM LOMBA BLOG FORTUNE 2021
13. JUARA 1 LOMBA BLOG QUBISA 2021
14. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG ASUS OLED 2022
15. JUARA 1 LOMBA BLOG SJS 2022
16. JUARA 2 LOMBA BLOG USK BANDA ACEH 2022
17. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG ASTRA LIFE 2022
18. JUARA FAVORTI LOMBA BLOG MAJALAH FORTUNE 2022
19. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG KLEDO 2022
20. JUARA FAVORTI LOMBA BLOG STOCKBIT 2022
21. JUARA 3 LOMBA BLOG SEMEN BATURAJA 2022
22. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG ARD HOSTING 2022
23. JUARA HIBURAN LOMBA BLOG SAMPOERNA UNIVESITY 2023
24. JUARA HIBURAN LOMBA BLOG CEKRESI.COM 2023
25. JUARA 2 LOMBA BLOG LAPTOP ASUS 2023
26. JUARA 3 LOMBA BLOG BIMBINGAN BELAJAR SINOTIF 2023
27. JUARA 3 LOMBA BLOG REKU 2024
28. JUARA FAVORIT LOMBA BLOG SEO EYEBOST 2024
29. JUARA 7 LOMBA BLOG ASUS 2024
30. JUARA FAVORIT CIBINONG CITY MALL 2024