Berbicara tentang literasi banyak hal yang harus dibenahi dari negeri ini. Mengacu pada data yang dipaparkan UNESCO, Indonesia berada dalam urutan nomor dua paling rendah terkait minat baca. Data berbicara, dari 1.000 orang Indonesia hanya satu  orang yang rajin membaca. Dengan presentasi  sebatas 0,001%. Ini adalah fakta yang memprihatinkan. Padahal Literasi memiliki peranan penting dalam peradaban suatu bangsa. Sebab literasi adalah kunci utama dalam mengakses pengetahuan dan informasi. Namun secercah harapan untuk  meningkatkan literasi hingga ke penghujung negeri masih bisa digenggam. Harapan itu ditorehkan sosok inspiratif yang berjuang menyuarakan literasi  hingga ke pelosok nusantara. Namanya adalah Ratna Pulung Patria Daga. Pendiri Rumah Belajar Papua Hei.

Ratna Pulung Patria Daga  merupakan pendiri komunitas literasi Papua Hei yang digagasnya dari sebuah keresahan. Rumah Papua Hei didirikan  tahun 2016. Pada saat itu Ratna mendampingi suami Komandan Kodim 1709 YAWA yang bertugas di Jayapura. Pertama kali menginjakan kaki di Jayapura, Ratna melihat banyak anak-anak yang belum melek huruf padahal sudah kelas enam Sekolah Dasar. Beranjak dari kondisi memprihatinkan itu, ia bergerak untuk menciptakan perubahan. Hingga akhirnya lahirlah Komunitas Belajar Rumah Papua Hei.

Ibu Ratna mendapatkan AWARDING GRAMEDIA READING COMMUNITY COMPETITION 2018 berkat kegigihan beliau menyuarakan literasi anak-anak di bumi Papua. Dok Papua Hei

Ratna memberikan nama komunitas literasi dengan sebutan Papua Hei karena ia sering memanggil anak-anak Papua belajar bersama di rumahnya saat itu. Ia mengartikan Hei sebagai gebrakan untuk pendidikan di Papua. Ratna melakukan berbagai upaya untuk menyuarakan gema literasi anak-anak Papua. Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengajari anak-anak  membaca dan menulis. Karena hal tersebut menjadi permasalahan utama yang ia temukan disana. Bagaimanapun Anak-anak dapat memperoleh kemampuan dasar berbahasa dari membaca dan menulis. Literasi tidak bisa lepas dari bahasa. 

Perjuangan Ratna untuk menyuarakan Literasi terus bergema dengan mendirikan  rumah baca di Kampung Sarawandori, Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen. Rumah baca tersebut berdiri di atas laut. Koleksi buku berdatangan dari para relawan dan juga gramedia. Karena Rumah Papua Hei pernah mendapatkan penghargaan AWARDING GRAMEDIA READING COMMUNITY COMPETITION 2018. Berkat kegigihan Ratna menyuarakan literasi anak-anak di bumi Papua. 

Rumah baca di Kampung Sarawandori berdiri di atas laut. Dok Papua Hei

Rumah baca di Kampung Sarawandori bukan hanya sekedar berdiri. Namun juga menjadi media untuk meningkatkan wawasan dan kualitas kompetensi anak-anak Papua. “Kehadiran Rumah Baca Papua Hei di Sarawandori ini merupakan wujud nyata dari cinta anak bangsa kepada negaranya sehingga mutiara-mutiara Papua akan muncul melalui kemampuan mereka untuk membiasakan membaca sejak usia dini ,” ungkap Ratna. Untuk mengembangkan Rumah Papua Hei menjadi komunitas besar dan berdampak Ratna tidak sendirian. Ia mengajak dan merangkul relawan dari seluruh nusantara untuk berkontribusi.

Rumah Belajar Papua Hei adalah wadah bagi anak-anak Papua untuk berkembang dan meningkatkan keterampilan mereka melalui literasi. Khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis. Bergerak di bidang pendidikan nonformal sebagai pendamping sekolah formal, serta menghimpun anak-anak usia PAUD sampai dengan SMP untuk belajar bersama. Komunitas Belajar Papua Hei melakukan kegiatan rutin secara konsisten setiap hari sabtu sore. Dan sudah berjalan selama tujuh tahun. 

Suasana belajar anak-anak Papua Hei bersama para relawan

Para kakak relawan datang ke lokasi untuk mengajar anak-anak membaca, menulis dan berhitung. Dua lokasi yang menjadi wilayah  Rumah Belajar Papua Hei adalah Kampung Sarawandori dan Aromarea. Kedua kampung ini ada di distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Untuk menuju lokasi para relawan menempuh perjalanan menelusuri bukit dan  lembah menggunakan mobil dari Kodim. Karena lokasi  Kampung Sarawandori dan Aromarea cukup jauh dari kabupaten kota. Namun bagi para relawan apa yang mereka lakukan adalah komitmen untuk berkontribusi menyuarakan gema literasi. Perjalanan jauh yang mereka tempuh bukanlah persoalan demi memutus tali kebodohan dari generasi mutiara . Berikut ini adalah wilayah komunitas Belajar Papua Hei tahun 2023:

Setelah belajar anak-anak ibadah bersama. Dok Papua Hei

Setelah kegiatan belajar anak-anak dikumpulkan untuk ibadah bersama dengan menerapkan nilai-nilai kristiani. Untuk menambah gizi dan memperhatikan jasmani anak-anak, Papua Hei juga memberikan susu dan snack di setiap akhir kegiatan.

Rumah Belajar Papua Hei terus bergerak dengan misi jangka panjang. Berbagai program sudah dalam agenda. Salah satunya adalah, Program Mutiara Papua. Program ini merupakan upaya memberantas buta huruf dan meningkatkan literasi di bumi Papua. Khususnya  daerah pedalaman yang masih banyak belum tersentuh layanan literasi seperti belajar membaca dan menulis. Dan tidak bisa dipungkiri di pedalaman Papua masih banyak yang buta huruf. Program Mutiara Papua akan dilakukan secara bertahap dengan beberapa agenda sebagai berikut:

1. Dimulai dari tahun 2024 , dalam satu tahun Komunitas Belajar Papua Hei menghasilkan anak papua kelas 1 level 1 dapat membaca dan menulis kata sederhana dengan lancar serta dapat berhitung penjumlahan dan pengurangan sederhana .

2. Lalu tahun 2025 , dalam satu tahun Komunitas Belajar Papua Hei menghasilkan anak papua kelas 2 level 1 dapat membaca dan menulis kalimat dengan lancar, serta dapat berhitung penjumlahan dan pengurangan sederhana.

3. Dan seterusnya , dengan begitu mulai tahun 2028 Komunitas Belajar Papua Hei dapat mewujudkan mimpi besarnya yaitu mengirimkan anak Papua pilihan untuk bersekolah SMK di Jawa dan mendekati mimpi besar lainnya yaitu mendirikan Sekolah Nonformal Papua Hei .

Tujuh tahun berjalan Rumah Belajar Papua Hei mampu memberikan dampak berkelanjutan untuk anak-anak pedalaman. Salah satu contoh keberhasilan Rumah Papua Hei dalam mencetak generasi cerdas adalah Yunira Weyai. Ia bergabung menjadi murid Papua Hei Tahun 2016. Kini ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana – Lulusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya. Sekaligus murid pertama Papua Hei yang menjadi relawan. Bahkan melalui bimbingan komunitas belajar Papua Hei, Yunira ditunjuk sebagai perwakilan Provinsi Papua sekaligus menjadi Honorary Youth Ambassador of New Zealand for Indonesia pada tahun 2016.

“Saya adalah murid pertama Papua Hei. Menjadi bagian dari Papua Hei adalah perjalanan yang sangat luar biasa dalam kehidupan saya. Sebagai murid saya merasakan sentuhan kebaikan dan inspirasi bagi Pendidikan saya. Saat menjadi relawan pun saya mendapat banyak hal positif yaitu saya dapat meningkatkan kualitas diri saya. Papua Hei juga telah mengantarkan saya menjadi perwakilan Provinsi Papua sekaligus menjadi Honorary Youth Ambassador of New Zealand for Indonesia pada tahun 2016,” ujar Yunira dengan bangga.

Papua Hei  komunitas yang hingga saat ini masih konsisten menyuarakan gema literasi di ujung timur Indonesia. Ibu Ratna dan para relawan adalah pahlawan literasi yang sesungguhnya. Dok Papua Hei